Rabu, 17 Mei 2017

Sistem Informasi Geografis “Banjir”

Sistem Informasi Geografis
“Banjir”
(Nur Safira Firdaus / 1525010023)
Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk dan 75% properti terletak di dataran banjir yang luasnya 10% luas daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah penduduk dan hanya 25% properti yang berada di luar dataran banjir yang luasnya 90% luas daratan. Hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia juga berada di dataran banjir.
Pola pemanfaatan lahan dan intervensi manusia dalam pengelolaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan lingkungan dan ekosistem dapat mengakibatkan permasalahan-permasalaan lingkungan salah satunya adalah banjir. Oleh karena itu penyebab utama banjir adalah pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan daya dukungnya. Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, khususnya di Ibu Kota DKI Jakarta.
Guna meminimalisikan hal tersebut perlu dilakukan mitigasi diantaranya pemanfaatan ruang, pengaturan tata air dengan mempertimbangkan siklus hidrologi, juga melalui pemodelan tata lingkungan dengan sistem informasi geografis (SIG). SIG merupakan sistem yang mengumpulkan, menyimpan, mendukung akses informasi spasial dan non spasial untuk mencapai solusi permasalahan dan pentuan keputusan atau kebijakan. Analisis SIG dapat berupa analisis fenomena permukaan lahan atau keruangan untuk mengidentifikasi daerah-daerah rawan banjir, yang khususnya di Jakarta. Oleh karena itu, tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa potensi banjir yang selanjutnya dapat ditentukan solusi alternatif dalam upaya mitigasinya.
SIG dalam Pengawasan Daerah Bencana Banjir
SIG berfungsi sebagai Disaster Management. Artinya, aplikasi GIS dapat digunakan untuk melakukan pengelolaan rehabilitasi pasca bencana. Misalnya, saat bencana banjir menerjang Jakarta , Badan Rehabilitasi–Rekonstruksi Jakarta menggunakan GIS untuk memetakan kondisi terkini dan menentukan prioritas pembangunan di lokasi yang paling parah kerusakannya.
Manfaat berikutnya adalah untuk Penataan Ruang &Pembangunan sarana-prasarana. Manfaat teknologi GIS yang ketiga ini dapat berbentuk banyak hal. Mulai dari untuk analisis dampak lingkungan banjir , daerah serapan air, kondisi tata ruang kota, dan masih banyak lagi. Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:
a.    Memantau luas wilayah bencana alam
b.    Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang
c.    Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana
d.    Penentuan tingkat bahaya erosi
e.    Prediksi ketinggian banjir
f.     Prediksi tingkat kekeringan
Penggunaan SIG untuk Analisis Banjir
1.    Penelitian dan Analisis
Untuk mengetahui daerah rawan banjir, Sig dapat membantu menentukan wilayahnya. Misalkan untuk wilayah Jakarta, sangat berpotensi banjir karena banyaknya daerah resapan air yang di salah fungsikan, tata ruang kota yang menyalahi aturan, penurunan tanah yang slalu terjadi tiap tahun, prilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan kurangnya daerah resapan air.
2.    Peta Bencana Berbasis SIG
Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut, secara spasial. Pada kondisi yang lebih umum, SIG adalah cara yang memudahkan pengguna untuk membuat query interaktif, menganalisa informasi spasial dan mengedit data. Ilmu informasi geografis adalah ilmu yang mengkombinasikan antara penerapan dengan sistem.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu alat yang dapat mendukung penetapan keputusan dalam semua fase siklus bencana. Dengan kata lain adalah suatu kata yang menjelaskan tentang semua jenis item dari data yang hendaknya mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi terhadap suatu lokasi atau dapat diukur dalam hal koordinat geografis. Pada awalnya focus dari SIG adalah terutama pada respon bencana. Dengan perubahan paradigma aturan manajemen bencana telah berkembang secara cepat. Proses harus berjalan menjadi suatu kejadian yang mengalir dari penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga prediksi dan kedaruratan hingga perbaikan. Tiap-tiap aktivitas diarahkan menghasilkan keberhasilan penanganan bencana. Aturan yang dikembangkan termasuk cara yang diambil dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan sejumlah keahlian tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. SIG dapat bertindak sebagai antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana.
SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan dan infrastuktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi bencana alam, rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana dan kajian keutuhan komunitas korban bencana. Karena SIG adalah teknologi yang tepat guna yang secara kuat merubah cara pandang seseorang secara nyata dalam melakukan analisis keruangan. SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang analsis spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG tersedia bagi berbagi bidang organisasi dan dapat menjadi suatu alat yang berdaya guna untuk pemetaan dan analisis.
Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari pembuatan Basis data, inventori, overlay SIG yang paling sederhana hingga tingkat lanjut, analisis resiko , analisis untung rugi, proses geologi, statistik spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi, auto korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial yang komplek lainnya. Sekali lagi dapat dikenali bahwa area dimana resiko dengan potensi bahayanya, proses mitigasi dapat dimulai. SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai, untuk mengidentifikasi struktur untuk retrofitting, untuk menentukan besarnya jaminan keselamatan terhadap masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber bencana, pelatihan dan kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang dijumpai dan untuk mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi korban ke tempat yang aman. Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah-langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan, langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap menghadapi situasi jika bencana menyerang. Akibatnya bagaimana jika atau pemodelan kapabilitas SIG telah memberi suatu gagasan yang ideal tentang segala sesuatu yang diharapkan. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana, mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada skenario bencana yang berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit dan lain lain. SIG dapat memberikan suatu perkiraan jumlah makanan, air, (obat/ kedokteran) dan lain lain misalnya untuk penyimpanan barang atau logistik.
Kesimpulan
SIG berfungsi sebagai Disaster Management. Artinya, aplikasi GIS dapat digunakan untuk melakukan pengelolaan rehabilitasi pasca bencana. Misalnya, saat bencana banjir menerjang Jakarta , Badan Rehabilitasi–Rekonstruksi Jakarta menggunakan GIS untuk memetakan kondisi terkini dan menentukan prioritas pembangunan di lokasi yang paling parah kerusakannya.
Manfaat berikutnya adalah untuk Penataan Ruang &Pembangunan sarana-prasarana. Manfaat teknologi GIS yang ketiga ini dapat berbentuk banyak hal. Mulai dari untuk analisis dampak lingkungan banjir , daerah serapan air, kondisi tata ruang kota, dan masih banyak lagi. Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:
  • Memantau luas wilayah bencana alam
  • Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang
  • Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana
  • Penentuan tingkat bahaya erosi
  • Prediksi ketinggian banjir
  • Prediksi tingkat kekeringan
Daftar Pustaka
Geoenviron. 2013. Manfaat SIG Di Berbagai Bidang. https://geoenviron.wordpress.com/2013/07/18/manfaat-sigsistem-informasi-geografis-di-berbagai-bidang/. Diakses Pada 17 Mei 2017
Nelo. 2009. Faktor Penyebab Terjadinya Banjir. http://nelo-neloli.blogspot.co.id/2009/12/faktor-penyebab-terjadinya-banjir.html. Diakses Pada 17 Mei 2017